Archive for July, 2013

Cinta Lamaku Bersemi di “510”

Posted in Uncategorized on July 19, 2013 by budaksabar

mobil ciputatTak biasanya, langit yang megah itu mengintimidasi perasaanku. Awan yang biru, kini nampak kerdil karena kuasaNYA. Mentari dari peraduannyapun dengan perkasa menguras keringatku siang itu. Ribuan mata yang nampak lelah berlomba-lomba memfokuskan pandangannya, mencoba mengecilkan kelopak matanya guna menghindar dari pantauan sang Mentari kala itu. “Huh, panas sekali siang ini, Tuhaaaaaaaaaannnn….”, protesku padaNYA.

249260_1679182038968_6772441_nSebut saja namaku Choky, begitulah orang-orang memanggilku. Entah apa alasan mereka memanggilku dengan nama yang dimiliki presenter kondang, yang wajah tampannya selalu menghiasi dihampir semua program TV negeri ini. “Hmmm, masa iya sih gue mirip sama tuh artis??? Atau, mereka pada keliru kali ya??? Bodo amat ah, yang penting muka gue gak dimirip-miripin sama orang jelek hahahaha….”, celotehku dalam hati disaat orang-orang memanggilku dengan sebutan “Choky Sitohang”.

Kini, aku tengah menepi di salah satu halte bis TransJakarta, tepatnya di HARMONI. Antrian panjang bandit-bandit Ibu kota memaksaku untuk bersabar menunggu bis berikutnya yang siap mengantarku menuju Blok-M, yaitu salah satu terminal kenamaan yang dimiliki ex-Bhatavia alias Jakarta. Badanku sudah remuk, dengan sisa tenaga yang terkuras setelah seharian melancong bersama teman-teman kampusku kala itu. Aku mencoba untuk lebih cekatan memburu bis bernomor 510 arah Kp. Rambutan-Ciputat, yaitu bis berwarna hijau dengan segaris warna kuning dibadannya yang siap mengantarku pulang, ketempat dimana aku menuntut ilmu, Tangsel-BANTEN. “Bang…Baaang…Baaang…Stoooppp!!!…”, teriakku pada kendektur bis yang tangannya nampak lincah melambai-lambai calon penumpang dari kejauhan. “Ayo Mas Naik!!!…”, balasnya singkat. “Huuuhhh, akhirnya perjalanan panjang ini akan segega berakhir. Huuuaaaammmm….ngantukkk…nyaaa….”, celotehku sebelum terlelap di bis tua siang itu.

Entah kenapa kesialanku siang itu belum juga usai. Disaat mataku hendak terlelap, teriakan kendektur bis tua itu memenuhi ruang telingaku “Digeser…digeserrr…digeseeerrr!!!…Mas…Mass…Maaasss…tolong Maaasss….Mbaknya kasih duduk…”, begitulah kurang lebih kutipan dari teriakan mengganggu kendektur bis yang aku tumpangi kala itu. “Cepetaaannn!!!…kasihan Mbak-nya Maaasss….”, teriaknya lagi seraya membulatkan bola matanya kearahku. “Iya Baaangngng…Sabar kaliii….Huuuhhh, gak tahu apa gua juga lagi capek banget…”, kesalku pada kendektur itu dan segera berdiri sambil mempersilahkan penumpang akhwat itu untuk duduk. “Silahkan duduk, Neng!…”, celotehku pada gadis yang belum sempat aku tengok wajahnya. “Terima kasih Mas, Maaf ya…”, jawab gadis itu dengan sopannya.

Mendengar suara lembutnya, entah kenapa rasa capek, ngantuk, dan kesal yang sedari tadi menguasaiku, baksospontan menghilang. Gadis berjilbab dengan minyak wanginya yang khas mengingatkanku pada sosok akhwat yang pernah menghiasi hari-hariku semasa SMP. “Zahra???…”, ucapku spontan. “Iyaaa???”, jawab gadis itu keheranan seraya menengok kearahku. “Hmmm, maaf Mas, tadi manggil saya???”, tanya gadis itu padaku “Mmmmhhh…iya…iya…maaf…ma…af…Mba…kk…eeeh.. Enn..neng…saya kira eneng itu teman SMP saya…Hmmm, suara dan minyak wanginya eneng sama dengan minyak wangi yang biasa dipake sama…sama..hemmm…samaaa….”, jelasku sedikit terbata-bata. “Sama Pacarnya Mas ya???…”, tanya gadis itu mengagetkanku “Eeehhh…hemmmm…ii..iiyyaa…iyaa…Neng…hehehe…”, jawabku sedikit malu. “Tapi, tunggu…tunggu!!!…hemmm…kayanya Mas-nya juga mengingatkanku sama teman SMP-ku juga lho…kalau gak salah namanya itu ehmmm…A…aa…app…app…”, gadis itu berusaha mengingat kenangannnya. “Apiep, maksudnya Neng???…”, jawabku sekenanya. “Apiep???…hemmm…iya…iya..betul…Apiep… namanya. Kok Mas bisa tahu ya???…hmmm…”, jawab gadis itu sedikit heran dan spontan memfokuskan mata indahnya kearahku. “Hemmm…jangan…jangan…kamu Apiep ya???”, tanya gadis itu penuh percaya diri. “Masya Allohhh…kok bisa ya kita ketemu di bis ini hahaha…”, lanjut gadis itu setelah memburu anggukan kepalaku. “Pip, kamu ingat gak waktu kita makan bakso di rumah baksonya Mpok Inem??? terus, aku tuangin sambal yang banyak ke mangkuk baksomu, ingatkan???”, lanjut gadis itu lagi seraya meyakinkanku kalau dia adalah gadis yang selama ini aku kangenin. “Aku Zahra Fitriani, Piiippp…Wah, ternyata kamu masih mengenalku dengan sagat baik ya! sampai-sampai wangi parfumku saja kamu masih mengenalnya, aku kangeeennn….”, jelas gadis itu panjang lebar sambil mencubit mesra tangan kiriku berkali-kali. “Eiiitttt…udah…udahh…dong Zahra! sakit banget nih…iya…iya…aku ingat semuanya. Malah waktu itu aku kepedesan dan meler-meler gitu kan hahaha….”, tempasku tak kalah hebohnya. “Kok kamu gak ada kabar sih Pip seletah perpisahan SMP kita dulu??? aku kangen tahuuu….”, celoteh Zahra lagi. “Iya Zahra aku juga sama. Dulu, hapeku hilang Zahra, jadi aku gak tahu mesti cari kabarmu kemana?…Hemmm,  main ke rumahmu, kamunya sudah tidak ada, katanya, kamu lanjutin sekolahmu di Bandung ya???…”, jelasku lagi. “Iya Pip….Hemmmhhh, tahu gak aku sempat marah lho sama kamu. Aku pikir, kamu udah gak sayang lagi sama aku. Gak ada kabar, gak ada SMS, bahkan telepon juga gak ada, Huuhhh…”, keluhnya lagi padaku. “Iya maaf…maaf…Tapi, sekarang kita ketemu lagi kan??? itu artinya kita berjodoh hehehehe…”, gurauku padanya. “Iya Piiippp heheheh….Kok, kamu gantengan sih sekarang???…”, puji Zahra padaku. “Iya dong, Apiep gitu Lhooo…Makanya dulu Zahra jatuh hati sma Apiep hahahah….”, balasku dengan nakalnya. “Iiiihhh apa siiiiihhh…”, tempasnya sedikit malu.

Tak terasa pertemuan yang sangat indah itu harus segera berakhir. Obrolan panjang yang semakin hangatpun harus berhenti dengan satu kalimat seorang kendektur dekil dan rese itu, Hemmm. “UIN Jakarta, Neng!…”. Yah, ternyata Zahra Fitriani alias Zahra my Pretty Girl itu terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Islam Negeri Jakarta semester 7, tepatnya dia mengambil jurusan Tarbiyah. “Pip, ini kartu namaku! nanti hubungi aku via nomor yang tertera disana ya!…Assalamualaiku…Bye….”, celoteh terakhir Zahra sambil menitipkan kartu namanya padaku sebelum wajah Ayunya menghilang dari pandanganku.

Dari pertemuan itu, Silaturahimku terjalin lagi dengannya, dengan Cinta lamaku yang bersemi di Bis 510 “hahahaha…Cinta itu emang tak mengenal waktu….tak mengenal tempat. Selagi Tuhan menghendaki, Anugerah terindah itu bisa terjadi begiti saja. Sekalipun, di atas Bis 510 yang super panas, super berisik, super kotor, dan supeeeerrrr sesaaaakkkk. Tapi bagiku, waktu itu adalah keindahan yang sangat LUAR BIASA, hahahah…CINTA…CINTA…, huh…misteri…”

By: @apip_ON

“CERPEN”_Lebay_ ala semester 5

Posted in Uncategorized on July 5, 2013 by budaksabar

8493_10151438136406498_1896164837_n

Hmmm, dimulai dari siapa ya? Bingung jadinya”. Celoteh Apiep yang Nampak mengkerutkan keningnya disaat pembagian kelompok “DRAMA” pagi itu sedikit gaduh dan pecah dari kendalinya.”Woooiii…… tenang…..tenang !! Nanti tak jitak palamu satu-satu baru nyaho lho!”. Emosiku sedikit lebay waktu itu. “Pip, pokoknya gua mau satu kelompok sama Ega Derianti alias Ega, gak mau sama yang lain ! Kita kan temenan, iya kan, Ga? “ Pinta Lilis sedikit ngotot. “Iyaaa, nanti aku usahain Liiiiiiis.” Tempasku lagi. “ Yes…….. Yes………Yes”, sambut  Ega antusias sambil memeluk hangat sohibnya itu.

Dibarisan kursi paling depan, Nampak Ria Antika yang tengah sibuk dengan bisnis pulsanya. Sesekali pandangannya lurus kearahku guna meyakinkanku kalau dia juga memperhatikan proses “DEMOKRASI” kecil pagi itu. Sememntara Ria Indri tersenyum bahagia setelah namanya disandingkan dengan penggebuk DRUM nomor wahid pentolan “Apel Band” alias Ria Antika, si gadis Jowo yang terkenal pintar itu. “Apa?? Gua sekelompok sama dia?? Emang gak ada yang lebih rajin lagi apa, Pip?” , protes Irawati alias Dore yang aku sandingkan dengan nama indah berinisial “LDS”. “Pip, dia kan jarang masuk, malah dia gak pernah masuk, hmmm, elo sengaja kan biar gua ribet sendiri??”. Portes Dore lagi. “Hmmmmmmm….” . Jawabku sekenanya.

843865_404028376357540_538095209_oDipojok kiri, tepatnya dibarisan kursi kedua, nampak Sandy, Ujay, dan Depa tengah sibuk dengan “PONSEL” kembarnya. Mereka nampak pasrah untuk disandingkan dengan siapapun. Bagi mereka, siapapun “Partner”-nya nanti, pasti orang itu harus kerasan mengemban gelar Mr or Mrs Excellent. “Huh, Cuapee deeehh…”. Apalagi kalau teman kental mereka Dewe Sudewe ikut nimbrung pagi itu. So pasti pemandangan “Gang” sejatipun tak akan terelakan lagi. Al–hasil, Si “BOSS”  ganteng yang NGOCEH di depan kelaspun pastinya dilupakan. “Hmmm…”.

401143_215794731847573_315576968_nBeda lagi dengan Geysa yang terlihat ayu dengan kacamatanya. Dia nampak bingung dengan kondisi kelas waktu itu. Sesekali dia kipaskan telapak tangan kearah mukanya guna mengurangi hawa panas setelah berlari maraton karena takut kesiangan pagi itu. “Ada apa sih, Cha? Gua bingung dah…”. Tanya Geysa pada teman disampingnya, Nurseha, yang akrab dipanggil Echa Laura. “Nggak Cahu, Cha juga barru datcang”, tempas Echa dengan logat khasnya “Oooh, kalau begitu sama dong kaya gua, huhhh….” , balas Geysa sedikit ketus. “ Pip, kalau aku sih mau sekelompoknya sama orang yang gak ribet, sama orang yang mau mikir, sama orang  yang mau kerja kelompok, and sama orang yang mau nurutin apa kata “AKU” hehehe….”, celoteh Hanny dengan “SEGUDANG” kriterianya. “Haniii..itu mah gua bangeeeet.., sama gua saja yuk sekelompoknyaaa… !”. sambut Vera tiba-tiba. “Apaaa? Sama lho?? Nggak ah! Kapok gua sekelompok sama lho hahaha….”, tempasnya lagi seraya bercanda .“Sialan lho….”. jawab Vera kesal.971644_10151438131456498_1363462438_n

Sementara Asther yang Nampak masih ngantuk, tiba-tiba bersorak kegirangan karena sohibnya yang sama berinisial “A” yaitu Ani Winarsih alias Nichan menjadi partner-nya lagi. “Horeeee….aku sama kamu lagi, Chaaaan!! Ini bukan mimpi kan?? Ini beneran kan???…Senang deh hatiku hehehe…” Respon Asther sedikit malu setelah dia menyadari kalau “Ribuan Pasang Mata” tengah terkesima oleh reaksi “Unik” nya itu. “Apa sih gak jelas banget deh dia! Aku saja yang sekelompok sama Sandy nggak sehisteris itu kok. Huh, Bete dehhh….”, celoteh Lia Lubis yang dari tadi Nampak semangat mengikuti “Musyawarah Akbar” ala kelas sastra Inggris semester lima itu (lebay.com, hehe). “Piiippp, kalau aku sama siapa ???”, melas Wiwid yang Nampak bingung dan putus asa waktu itu. “Hmmm, Wiwid belum ? sama siapa dong kalau begitu ? Ada yang belum punya kelompok ?” Jawabku pada Wiwid sambil memburu “JARI” sukarela yang tegak menunjuk langit guna menemani Wiwid di kelompok DRAMA-nya nanti. “Rima dan Putra belum masuk kelompok tuh Piiiiip… “ Teriak teman-teman sekelasku dengan kompaknya. “Busyet daaahh…kokk bisa lupa ya sama mereka? Hmmm, yaudah kalau begitu Wiwid sama Rima dan Putra saja ya?” Tegasku pada Wiwid. “Tapi, Pip ???”, jawab Wiwid sedikit cemas. ”Gak ada TAPI-TAPI an !!”, balas Apip dengan jurus Sinetrion Tersanjung 6-nya (hahahah……”TUWIR” banget tuh sinetron). “Kalau mereka masih gak ngampus juga, piye Piip???”, Tanya Wiwid semakin cemas. “Tenang saja Neng! Ada Akang Apiep kok disini. Semuanya akan beres dan indah pada waktunya. Percaya dehh!!”. Jawabku lagi seraya mengedipkan mata indahku untuknya (hahayyy…lebay tingkat UNPAM euy !…). “Ah, Kang Apiep bisa saja…….”, tempas Wiwid dengan pipinya yang mulai memerah karena malu. “Woooiii…apa-apaan ini??? Pake acara kedip-kedipan mata segala lagi. Elo pikir, elo keren apa, Piiip??? pecaaattt……si Apiep dari jabatannyaaa……….turunkan  dia sekarang jugaaaa !!!”, teriakan protes dari teman-teman sekelas menandai semakin kacaunya pembentukan kelompok “DRAMA” pagi itu. “Waitt…waiiitt..waiiittt!!!…ada apa ini?? Kenapa elo semua nyorakin gua kaya gini??? Emang, salah gua apa sama kalian…”, bela Apiep spontan. “Elo masih nggak nyadar juga, Pipp?? Cemburu nih kitaaa…”, jelas Ujay mewakili perasaan kaum ADAM yang sudah lama menyimpan hati sama Wiwid. “Ooo..oohh…kalian pada cemburu?? Tak kira opoo??? Ngomongnya biasa saja dong, Jaaayyy, gak perlu pake emosi kaya gituuu…”, bela Apiep lagi. “Alaaahhh…banyak ngomong lho!!!…SERAAAANGGG!!!…”, komando Ujay lagi. “Aku merasa Kotooorrr…”, tangis Wiwid me-copy paste bahasanya SOIMAH pagi itu. “KABBUUUUUUUUUURRRRRRRRRRR………..”, jawabku singkat disaat ribuan bola kertas menyerangku serentak.

263974_1610077511398_252660_nHuh, Apiep…… Apiep ……… jadi pemimpin kok kaya gitu, Not Nice, pokoknya. Hahahaha…andaikan bahasa AKU adalah GUE, mungkin seperti inilah kondisi kelas kita, kawan. Penuh dengan emosi, penuh dengan air mata, dan tak pernah ada CINTA. Tapi, tenang saja kawan! Ini mah sekedar cerita FIKTIF alias ada pelesetannya. So, kalau ada Kesamaan Nama, itu mah memang disengaja. Tapi, kalau ada kesamaan tempat ataupun kajadian dalam “CERPEN” Lebay ini, itu mah “PURE” Kesalahan penulisnya. Jadi, mohon dimaafkan ya! Itung-itung “GUYONAN” sebelum liburan, bothen opo-opo, kan ? Yo Wis, Kita mulai dari “NOL” lagi ya ! Pokoknya, happy long weekend, and MARHABAN YA RAMADHAN_1434H!! See you, guys_LOVE & MISS U For Good”.

By: @apip_ON

Cianjur and Bogor

Posted in Uncategorized on July 4, 2013 by budaksabar

cianjur

Getting the good living is a must for us. It can be shown by the area, where we live. Generally, many people look for the areas which are so comfortable for them. For example, Cianjur and Bogor, both of them have the advantages and disadvantages to live. Those things can be determined by knowing some similarities and differences of theirs. Here, there are some similarities and differences between Cianjur and Bogor.

As we know that Cianjur and Bogor have some similarities. They can be seen in some sectors such as their air, their location, and their heritages. The air of Cianjur is so fresh to breath, and this thing is also owned by Bogor. While we are in Cianjur, we will feel healthy. Why? Because it is still surrounded by many shady trees which are able to make us comfortable and healthy over and over. In this case, Bogor is too. Talking about the location, Cianjur and Bogor are located in West Java. It means that these cities have the same cultures as well. For example, Angklung and Jaipong, these can be played in the two places. Besides, Cianjur and Bogor also have the same heritages. One of them is the President’s residence, where this place is always visited by the president.

Otherwise, Cianjur and Bogor also have some differences. To know these things, we should be able to differentiate their characteristics in some aspects such as the cost living, the language, and the profession. About the cost living, Cianjur is much cheaper than Bogor. It shows us that this condition leads us to save money more. This is so contradictory with Bogor, where the cost living is more expensive. This is caused that Bogor is one of the strategic places to visit. So that, many people who run their business regard Bogor as the place to gain the profit. Then, the language also becomes one of their differences. As we know that Cianjur is popular for its polite language, it is Sundanese language, but Bogor is not. Moreover, these two cities also can be differentiated from their profession, where most people of Cianjur are farmers who work their land, but most people of Bogor are not. This shows us that in Cianjur is easier to find the rice field than in Bogor.

Talking about the numbers of the population, Cianjur is not more crowded than Bogor. This condition is caused by some factors. The first is that Cianjur is still lived by the local people, but Bogor is not. It can be seen while Bogor is noted as one of the pointed places to visit. From this evidence, we can conclude that there are some comers who stay in Bogor permanently. In addition, Bogor has some popular collages such as IPB, Pakuan, and others. So that they interest many students from other cities to study in one of them. This condition is not similar to Cianjur. Although Cianjur has some collages as well, but they are not more popular than the collages owned by Bogor. More, those things have been already explained above make Cianjur is not more crowded than Bogor.

Therefore, Cianjur and Bogor have some similarities and differences, which show us what they are like. Here, we can compare these two places by giving their similarities, and we can differentiate them by showing their differences. Either Cianjur or Bogor has its own uniqueness. To choose one of them as our place to live, we should make sure the advantages and disadvantages of these two cities. Generally, Cianjur and Bogor are so comfortable to live. So, the choice is on you because both of them require us many things.

By: @apip_ON

The Things Canceled My Study

Posted in Uncategorized on July 2, 2013 by budaksabar

motor

Education is so important for us, especially for our bright future. As you know that the great education is able to lead us to reach our dreams. Here, have you felt the sadness while your dream to continue your study should be canceled by the hard circumstances? Well, I have. It happened seven years ago, where I should manage myself to cover many things which happened in my family, especially in my life. In this case, the hard circumstances forced me to cancel my study.

First, I should focus on my working hours which could not be changed. As you know that I directly joined the private company after finishing my study at general high school then. I worked around clock. As you know that my working hours was so tiring. It was started at 07.15 a.m to 04.00 p.m. sometimes, I should join the night shift which was started at 09.00 p.m to 05.00 a.m. “Really, it is so hard to do, right?” By doing these working hours, of course, I should cancel my dream to continue my study. Moreover, the overtime also made me so confused to start one of my biggest plans. It was my study. From these things, I tried to be patient and did all with my pleasure.

None supported me to continue my study earlier then was another hard circumstance. This condition was caused by some reasons. The first reason was because I could not save my money well, i saw this thing as my foolishness that could not show the seriousness in managing me well. It means that the people who were around me felt afraid of the failure if I took the course which was getting expensive. Then, the reason to cancel my study was because I should help my brother to finish his study by giving him the school fees. As you know that I was working and I could make money by myself then, so that I was asked by my family to support my brother in finishing his study as general high school first. As his brother who had a job, I did it as they please. Besides, I should pay my motorcycle I bought on installment. This showed us that I was still tied by my problems. So, I really should cancel my study then.

Another thing to force me to cancel my study was because I got the accident. As the worker who did his job around the clock, I needed the mobile which could help me in making everything I did was fast. Here, I rode the motorcycle which leaded me to hit the garage. This thing happened while I joined the night shift. It was exactly at fifteen to nine. Really, I was in a hurry. From this problem, I got my left foot broken. “Hmmm, how poor I was!” After getting the accident, I was asked by the doctor to take a rest for a month. Here, I could not do anything. And the poorest thing was that I felt afraid of riding the motorcycle again. Of course, to cancel my study was complete then.

Finally, I stopped working after I did my duty to cover many things in my family. I tried to create my dreams which had been canceled by entering the collage to get much knowledge and to give the pride for the people who are around me. From this thing, I learn many things, such as knowing the most important things to do first, feeling the hard circumstances which make me mature and better than before, doing the best for my beloved people is the point of mine. More, I am proud of my process for good.

By: @apip_ON